MAKALAH PENYAKIT BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH
DI
SUSUN
O
L
E
H
Nama
:
Nim :
Prodi :agroteknologi
Nim :
Prodi :agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul BERCAK DAUN PADA KACANG
TANAH (Arachis hypogea)
Makalah
ini berisikan tentang informasi Pengertian BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis
hypogea)
Sehingga
kita bisa mengetahui bahwa salah satu penyakit pada kacang tanah iyalah
klorosis
Kami menyadari bahwa makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusun makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kami menyadari bahwa makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusun makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pekanbaru,2 november 2011
PENDAHULUAN
Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman
pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari
Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa
Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang
dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad
ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah
adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang
kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau
“groundnut”.
Jenis Tanaman
Sistematika kacang tanah adalah
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi
: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi
: Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas
: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo
: Polipetales
Famili
:
Leguminosae
Genus
: Arachis
Ø Spesies
:
Arachis hypogeae L.; Arachis
tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi
Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa
Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachishelodes Mart.; Arachis marganata
Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis
glabrata Benth.
Varietas
: Gajah, Macan, Rusa,
Anoa, Tupai, dan lain-lain.
Varietas-varietas kacang tanah
unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek
(genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai
berikut:
a) Daya hasil tinggi.
b) Umur pendek (genjah) antara
85-90 hari.
c) Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama
(karat dan bercak daun).
e) Toleran terhadap kekeringan
atau tanah becek.
Ø Varietas
kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a) Kacang Brul, berumur pendek
(3-4 bulan).
b) Kacang Cina, berumur panjang
(6-8 bulan).
c) Kacang Holle, merupakan tipe
campuran hasil persilangan antara varietasvarietas yang ada. Kacang Holle tidak
bisa disamakan dengan kacang “Waspada” karena memang berbeda varietas.
Ø LATAR BELAKANG
Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachis hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun
Kacang Tanah (Arachis hypogea L) merupakan sejenis spesies kacang-kacangan dari famili Fabaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil.
Kacangnya pula tumbuh didalam
tanah. Kacang tanah biasanya dimakan langsung tanpa diolah dan juga disajikan
dalam berbagai cara seperti direbus, digoreng, dibakar, dihancurkan dan
berbagai lagi tergantung selera seseorang itu mengolah makanan ini.
Kacang tanah juga dikatakan
mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam
mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali
seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Memakan segenggam kacang
tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.
Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 0ns kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9.
Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 0ns kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9.
Kacang tanah mengandung
fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level
trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang
disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari
hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol.
Kajian-kajian menunjukkan kacang
tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga kandungan kolestrol
dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau kecenderungan
mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia.
v TINJAUWAN PUSTAKA
Penyakit ini mulai tampak saat tanaman berumur tiga minggu. Penyakit ini hamper dijumpai di seluruh pertanaman kacang tanah, hanya intensitas serangannya yang berbeda.
Penyebab penyakit bercak daun
awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui tanah.
Gejala awal berupa bercak bulat
berwarna cokelat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun dan cokelat
kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat hal
berwarna kuning jelas.
penyakit ini disebut bercak
akhir karena gejalanya timbul pada saat mendekati akhir pertumbuhan tanaman.
Penyakit ini lebih berbahaya dibanding bercak daun awal. Suhu dan kelembaban
tinggi mendorong timbulnya peyakit. Jamurnya dapat bertahan pada sisa
brangkasan dan tanaman kacang tanah yang tumbuh setelah panen. Sejauh ini belum
ditemukan inang bagi jamur di luar jenis Arachis. Penye
Penelitian terdiri atas
persilangan interspesifik; penapisan plasma nutfah; penentuan kriteria seleksi
tambahan untuk perakitan kultivar tahan penyakit bercak dan berdaya hasil
tinggi, selain karakter gejala penyakit visual; dan persilangan kultivar unggul
dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun serta penanganan zuriatnya.
Dua spesies liar tahan penyakit
bercak daun, A. cardenasii dan A. chacoense, yang memiliki
set kromosom diploid telah diintroduksi pada persilangan interspesifik.
Persilangan telah dilakukan antara kultivar Gajah yang memiliki set
kromosom tetraploid dan A. cardenasii secara konvensional.
Penanganan zuriat dilakukan mengikuti tahapan khusus guna mengatasi perbedaan
set kromosom antartetua. Benih dari tanaman triploid telah diperoleh, baik
tanaman yang diperlakukan dengan kolkisin untuk menggandakan set kromosom
maupun tanaman yang tidak diperlakukan dengan kolkisin. Benih ini bermanfaat
untuk eksplorasi biologi dan sitogenetika kacang tanah.
Penapisan plasma nutfah
dilakukan di lapangan dan rumah plastik. Genotipe koleksi plasma nutfah yang
menonjol ketahanannya terhadap penyakit bercak daun, khususnya bercak daun
hitam, ialah galur harapan GH 532 dan GH 530 yang merupakan rakitan dalam
negeri serta galur ICG 10890 yang diintroduksi dari ICRISAT. Galur harapan GH
532 yang tingkat ketahanannya tinggi juga memiliki sifat khas, warna daunnya
hijau tua.
Penentuan kriteria seleksi
tambahan dilakukan melalui penelitian ketahanan yang dihubungkan dengan
keparahan penyakit secara visual dan jumlah polong. Karakter stomata
membuka sempit dengan kerapatan yang tinggi mendukung tingkat ketahanan
sekaligus daya hasil yang tinggi. Kadar prazat fitoaleksin tinggi dan lapisan
palisade tebal mendukung tingkat ketahanan yang tinggi dan diduga tidak
berkaitan dengan daya hasil rendah, demikian pula warna daun hijau. Dari beberapa
karakter tersebut, warna hijau tua ditetapkan sebagai kriteria seleksi tambahan
untuk diterapkan di lapangan.
Beberapa kultivar unggul telah
disilangkan dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun. Galur
introduksi tahan penyakit bercak daun diperoleh dari NCU-AS (4 galur) dan
ICRISAT-India (5 galur). Dari beberapa persilangan yang dilakukan,
persilangan ‘Gajah’ x GP-NCWS4 merupakan satu-satunya yang zuriatnya dapat
ditangani hingga generasi F7. Penanganan zuriat yang ditempuh ialah tanam curah
(bulk) untuk generasi F1, F2, dan F3, sedangkan generasi F4 mulai
digalurkan. Pada generasi F5 dan F6 mulai diseleksi ketahanannya terhadap
penyakit bercak daun berdasarkan pada karakter warna daun hijau tua dan gejala
penyakit visual, serta seleksi daya hasil berdasarkan pada karakter jumlah
polong per tanaman. Generasi F7 diuji daya hasilnya terhadap 27 galur
terseleksi di Kuningan dan Muara (Bogor) selama dua musim. Pada penamanan
musim pertama di Kuningan diperoleh 10 galur yang jumlah polongnya sama atau
lebih banyak daripada jumlah polong kultivar lokal sebagai pembanding (galur
uji sebanyak 16-19 polong per tanaman, kultivar lokal sebanyak 16 polong per
tanaman), sedangkan di Muara hanya dua galur yang jumlah polongnya lebih tinggi
daripada kultivar lokal.
Kultivar Gajah menghasilkan
polong jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kultivar lokal di kedua lokasi.
Dari semua galur yang diuji, tidak ada yang tingkat ketahanannya terhadap
penyakit bercak daun lebih baik daripada galur harapan GH 532 sebagai
pembanding. Meskipun demikian, hanya satu atau dua galur yang sama rentan
seperti kultivar Gajah yang merupakan pembanding rentan di tiap lokasi
uji. Galur terseleksi tersebut dipandang perlu ditindaklanjuti
dengan uji daya hasil dan uji multi lokasi untuk kemudian dapat dilepas sebagai
kultivar unggul baru kacang tanah tahan penyakit bercak daun dan berdaya hasil
tinggi.
v Mekanisme infeksi patogen
Penyakit
bercak daun tersebar luas di tiap tempat kacang tanah ditanam. Dari kegiatan
pemuliaan untuk mendapatkan kacang tanah tahan penyakit bercak daun yang telah
dilakukan selama beberapa tahun, diketahui bahwa sifat tahan berasosiasi dengan
daya hasil rendah dan umur dalam (Norden et al., 1982). Oleh karena itu
dalam pemuliaan untuk memperoleh genotipe berdaya hasil tinggi, genotipe yang
tahan terhadap penyakit bercak daun selalu akan tereleminir. Akibatnya semua
kultivar kacang tanah yang dibudidayakan secara luas rentan terhadap kedua jenis
patogen bercak daun (Porter et al., 1982).
Kusumo
(1991) mendapatkan variabilitas ketahanan terhadap penyakit bercak daun pada genotipe-genotipe
kacang tanah berupa galur harapan dan kultivar lokal yang dipelajarinya.
Serangan patogen bercak daun yang berakibat defoliasi bahkan keringnya tajuk
tanaman, tercermin pada sangat bervariasinya bobot brangkasan basah antar
genotipe yang diuji. Persentase panjang batang utama bebas penyakit bercak daun
merupakan peubah yang diajukan untuk menilai secara kuantitatif tingkat
ketahanan genotipe kacang tanah terhadap bercak daun. Evaluasi tingkat ketahanan
genotipe acak menggunakan karakter tersebut menunjukkan korelasi genotipik dan
fenotipik negatif nyata dengan daya hasil (Yudiwanti et al., 1998).
Selanjutnya
Yudiwanti (2006) mengemukakan bahwa korelasi negatif tersebut adalah karena peran
antagonis stomata terhadap daya hasil dan terhadap tingkat ketahanan terhadap
penyakit bercak daun. Stomata yang membuka sempit dengan kerapatan rendah
mendukung tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan
peluang penetrasi patogen melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi
difusi karbondioksida ke dalam daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang
dan akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Tiga karakter utama sebagai kriteria
seleksi untuk mengembangkan kultivar kacang tanah tahan penyakit bercak daun
dengan daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang
dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala
visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk
ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total sebagai
karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji. Karakter
persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif diterapkan
sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan
di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai
duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang menunjukkan
bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik(Yudiwanti
et al., 2006).
Intensitas
warna hijau sebagai kriteria seleksi praktis diterapkan di lapangan.
Pengkelasan intensitas warna hijau ke dalam 'biasa, agak hijau, hijau, dan
lebih hijau', mudah diaplikasikan dan perbedaan antar kelas tersebut cukup mudah
diamati. Untuk menghindari subyektivitas dalam menetapkan warna hijau daun, kadar
klorofil total daun dapat digunakan sebagai peubah pendamping. Penentuan kadar klorofil
total relatif mudah dilakukan dan biayanya cukup murah. Karakter ini juga memiliki
nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi (72.98%; Yudiwanti et al.,
2006), oleh karena itu potensial digunakan sebagai kriteria seleksi. Peubah
jumlah polong total per tanaman memiliki nilai duga heritabilitas arti
luas
di atas 60% berdasarkan percobaan tunggal. Kasno (1986) bahkan melaporkan nilai
duga heritabilitas arti luas 72% untuk jumlah polong total berdasarkan seri
percobaan yang melibatkan interaksi genotipe*musim*lokasi. Oleh karena itu
peubah ini sangat baik digunakan sebagai kriteria dalam menyeleksi daya hasil.
Karakter ini berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot biji yang
mencerminkan produktivitas tanaman (Kasno, 1986; Kusumo, 1996).
Evaluasi
pendahuluan beberapa galur terpilih zuriat hasil persilangan kultivar
Gajah
dengan galur GPNC WS4 yang tahan bercak daun memperlihatkan potensi daya
hasil
yang baik, yaitu menghasilkan polong total rata-rata lebih dari 15 polong per
tanaman.
Meskipun demikian beberapa nomor memperlihatkan masih memiliki ragam
dalam
galur yang nyata untuk karakter tersebut, yang menunjukkan bahwa seleksi
dalam
galur untuk meningkatkan kehomogenan masih perlu dilakukan. Galur-galur
yang
telah homogen jumlah polong total per tanamannya perlu ditindaklanjuti dengan
perbanyakan
benih untuk pengujian daya hasil lanjutan
v Pengendalian efektif (hayati)
Hingga saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5 kg/ha/aplikasi. Selain itu, Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan Baycor 300 EC pun dapat digunakan. Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan menahan varietas tahan, tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan membakar sisa tanaman sakit.
Kesimpulan
Bahwa Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora
arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah. Penyakit ini
sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi
produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan
penyakit bercak daun
Tiga
karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar
kacang
tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen
panjang
batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan
berdasarkan
gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak
langsung
untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total
sebagai
karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji.
Karakter
persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif
diterapkan
sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis
diterapkan
di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki
nilai
duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang
menunjukkan
bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik
Semoga saja dari makalah ini kitabisa mulai belajar untuk mengembangkan pengetahuan dari segala macam jenis penyakit yang menyerang dari tanaman kacang tanah maupun tanaman lain yg dapat merugikan para petani kita
DAFTAR PUSTAKA
Bari, A.,
Sjarkani Musa., Endang Sjamsudin. 2006.
Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal
BPS. 2004.
Statistik Indonesia 2004. Jakarta. 646 hal.
Gomez, K. A. and
A. A. Gomez. 1995. Prosedur
Statistika untuk
Penelitian Pertanian. Edisi II. E.
Sjamsudin dan
J.S. Baharsjah ( penerjemah ).
Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.698 hal.
Semangun,
Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press.
Yogyakarta. 754
hal.
Yudiwanti.,
Basuki Wirawan., dan Desta Wirnas. 2006.
Korelasi antara
kandungan klorofil, ketahanan
terhadap
penyakit bercak daun dan daya hasil pada
kacang tanah.
Prosiding Seminar Nasional
Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman, 1-2 Agustus
2006. Hal
329-334
artikel yang cukup bagus. Terima kasih infonya
BalasHapus