Rabu, 16 November 2011

MAKALAH BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH

MAKALAH PENYAKIT BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH

DI SUSUN
O
L
E
H
Nama :
Nim :
Prodi :agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis hypogea)
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH  (Arachis hypogea)
Sehingga kita bisa mengetahui bahwa salah satu penyakit pada kacang tanah iyalah klorosis

Kami menyadari bahwa makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusun makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pekanbaru,2 november 2011

 

PENDAHULUAN
Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Jenis Tanaman
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi               : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi       : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas                 : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo                : Polipetales
Famili              : Leguminosae
Genus             : Arachis
Ø  Spesies            :
 Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachishelodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.
Varietas           : Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain.
Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Daya hasil tinggi.
b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c) Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Ø  Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c) Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietasvarietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang “Waspada” karena memang berbeda varietas.
Ø  LATAR BELAKANG

Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachis hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun

 

Kacang Tanah (Arachis hypogea L) merupakan sejenis spesies kacang-kacangan dari famili Fabaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil.

Gbr. Tanaman Kacang tanahGbr. Kacang tanah belum kupas
Kacangnya pula tumbuh didalam tanah. Kacang tanah biasanya dimakan langsung tanpa diolah dan juga disajikan dalam berbagai cara seperti direbus, digoreng, dibakar, dihancurkan dan berbagai lagi tergantung selera seseorang itu mengolah makanan ini.
Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.
Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 0ns kacang  tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9.
Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol.
Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau kecenderungan mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia.
v  TINJAUWAN PUSTAKA

Penyakit ini mulai tampak saat tanaman berumur tiga minggu. Penyakit ini hamper dijumpai di seluruh pertanaman kacang tanah, hanya intensitas serangannya yang berbeda.
Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah.
Gejala awal berupa bercak bulat berwarna cokelat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun dan cokelat kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat hal berwarna kuning jelas.
penyakit ini disebut bercak akhir karena gejalanya timbul pada saat mendekati akhir pertumbuhan tanaman. Penyakit ini lebih berbahaya dibanding bercak daun awal. Suhu dan kelembaban tinggi mendorong timbulnya peyakit. Jamurnya dapat bertahan pada sisa brangkasan dan tanaman kacang tanah yang tumbuh setelah panen. Sejauh ini belum ditemukan inang bagi jamur di luar jenis Arachis. Penye
Penelitian terdiri atas persilangan interspesifik; penapisan plasma nutfah; penentuan kriteria seleksi tambahan untuk perakitan kultivar tahan penyakit bercak dan berdaya hasil tinggi, selain karakter gejala penyakit visual; dan persilangan kultivar unggul dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun serta penanganan zuriatnya.
Dua spesies liar tahan penyakit bercak daun, A. cardenasii dan A. chacoense, yang memiliki set kromosom diploid telah diintroduksi pada persilangan interspesifik. Persilangan telah dilakukan antara kultivar Gajah yang memiliki set kromosom  tetraploid dan A. cardenasii secara konvensional. Penanganan zuriat dilakukan mengikuti tahapan khusus guna mengatasi perbedaan set kromosom antartetua. Benih dari tanaman triploid telah diperoleh, baik tanaman yang diperlakukan dengan kolkisin untuk menggandakan set kromosom maupun tanaman yang tidak diperlakukan dengan kolkisin. Benih ini bermanfaat untuk eksplorasi biologi dan sitogenetika kacang tanah.
Penapisan plasma nutfah dilakukan di lapangan dan rumah plastik. Genotipe koleksi plasma nutfah yang menonjol ketahanannya terhadap penyakit bercak daun, khususnya bercak daun hitam, ialah galur harapan GH 532 dan GH 530 yang merupakan rakitan dalam negeri serta galur ICG 10890 yang diintroduksi dari ICRISAT. Galur harapan GH 532 yang tingkat ketahanannya tinggi juga memiliki sifat khas, warna daunnya hijau tua.
Penentuan kriteria seleksi tambahan dilakukan melalui penelitian ketahanan yang dihubungkan dengan keparahan penyakit secara visual dan jumlah polong.  Karakter stomata membuka sempit dengan kerapatan yang tinggi mendukung tingkat ketahanan sekaligus daya hasil yang tinggi. Kadar prazat fitoaleksin tinggi dan lapisan palisade tebal mendukung tingkat ketahanan yang tinggi dan diduga tidak berkaitan dengan daya hasil rendah, demikian pula warna daun hijau. Dari beberapa karakter tersebut, warna hijau tua ditetapkan sebagai kriteria seleksi tambahan untuk diterapkan di lapangan.
Beberapa kultivar unggul telah disilangkan dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun. Galur introduksi tahan penyakit bercak daun diperoleh dari NCU-AS (4 galur) dan ICRISAT-India (5 galur).  Dari beberapa persilangan yang dilakukan, persilangan ‘Gajah’ x GP-NCWS4 merupakan satu-satunya yang zuriatnya dapat ditangani hingga generasi F7. Penanganan zuriat yang ditempuh ialah tanam curah (bulk) untuk generasi F1, F2, dan F3, sedangkan generasi F4 mulai digalurkan.  Pada generasi F5 dan F6 mulai diseleksi ketahanannya terhadap penyakit bercak daun berdasarkan pada karakter warna daun hijau tua dan gejala penyakit visual, serta seleksi daya hasil berdasarkan pada karakter jumlah polong per tanaman.  Generasi F7 diuji daya hasilnya terhadap 27 galur terseleksi di Kuningan dan Muara (Bogor) selama dua musim.  Pada penamanan musim pertama di Kuningan diperoleh 10 galur yang jumlah polongnya sama atau lebih banyak daripada jumlah polong kultivar lokal sebagai pembanding (galur uji sebanyak 16-19 polong per tanaman, kultivar lokal sebanyak 16 polong per tanaman), sedangkan di Muara hanya dua galur yang jumlah polongnya lebih tinggi daripada kultivar lokal.
Kultivar Gajah menghasilkan polong jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kultivar lokal di kedua lokasi. Dari semua galur yang diuji, tidak ada yang tingkat ketahanannya terhadap penyakit bercak daun lebih baik daripada galur harapan GH 532 sebagai pembanding. Meskipun demikian, hanya satu atau dua galur yang  sama rentan seperti kultivar Gajah yang merupakan pembanding rentan di tiap lokasi uji.  Galur terseleksi tersebut dipandang  perlu ditindaklanjuti dengan uji daya hasil dan uji multi lokasi untuk kemudian dapat dilepas sebagai kultivar unggul baru kacang tanah tahan penyakit bercak daun dan berdaya hasil tinggi.

 

v  Mekanisme infeksi patogen

Penyakit bercak daun tersebar luas di tiap tempat kacang tanah ditanam. Dari kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan kacang tanah tahan penyakit bercak daun yang telah dilakukan selama beberapa tahun, diketahui bahwa sifat tahan berasosiasi dengan daya hasil rendah dan umur dalam (Norden et al., 1982). Oleh karena itu dalam pemuliaan untuk memperoleh genotipe berdaya hasil tinggi, genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun selalu akan tereleminir. Akibatnya semua kultivar kacang tanah yang dibudidayakan secara luas rentan terhadap kedua jenis patogen bercak daun (Porter et al., 1982).
Kusumo (1991) mendapatkan variabilitas ketahanan terhadap penyakit bercak daun pada genotipe-genotipe kacang tanah berupa galur harapan dan kultivar lokal yang dipelajarinya. Serangan patogen bercak daun yang berakibat defoliasi bahkan keringnya tajuk tanaman, tercermin pada sangat bervariasinya bobot brangkasan basah antar genotipe yang diuji. Persentase panjang batang utama bebas penyakit bercak daun merupakan peubah yang diajukan untuk menilai secara kuantitatif tingkat ketahanan genotipe kacang tanah terhadap bercak daun. Evaluasi tingkat ketahanan genotipe acak menggunakan karakter tersebut menunjukkan korelasi genotipik dan fenotipik negatif nyata dengan daya hasil (Yudiwanti et al., 1998).
Selanjutnya Yudiwanti (2006) mengemukakan bahwa korelasi negatif tersebut adalah karena peran antagonis stomata terhadap daya hasil dan terhadap tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Stomata yang membuka sempit dengan kerapatan rendah mendukung tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan peluang penetrasi patogen melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi difusi karbondioksida ke dalam daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang dan akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji. Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik(Yudiwanti et al., 2006).
Intensitas warna hijau sebagai kriteria seleksi praktis diterapkan di lapangan. Pengkelasan intensitas warna hijau ke dalam 'biasa, agak hijau, hijau, dan lebih hijau', mudah diaplikasikan dan perbedaan antar kelas tersebut cukup mudah diamati. Untuk menghindari subyektivitas dalam menetapkan warna hijau daun, kadar klorofil total daun dapat digunakan sebagai peubah pendamping. Penentuan kadar klorofil total relatif mudah dilakukan dan biayanya cukup murah. Karakter ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi (72.98%; Yudiwanti et al., 2006), oleh karena itu potensial digunakan sebagai kriteria seleksi. Peubah jumlah polong total per tanaman memiliki nilai duga heritabilitas arti
luas di atas 60% berdasarkan percobaan tunggal. Kasno (1986) bahkan melaporkan nilai duga heritabilitas arti luas 72% untuk jumlah polong total berdasarkan seri percobaan yang melibatkan interaksi genotipe*musim*lokasi. Oleh karena itu peubah ini sangat baik digunakan sebagai kriteria dalam menyeleksi daya hasil. Karakter ini berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot biji yang mencerminkan produktivitas tanaman (Kasno, 1986; Kusumo, 1996).
Evaluasi pendahuluan beberapa galur terpilih zuriat hasil persilangan kultivar
Gajah dengan galur GPNC WS4 yang tahan bercak daun memperlihatkan potensi daya
hasil yang baik, yaitu menghasilkan polong total rata-rata lebih dari 15 polong per
tanaman. Meskipun demikian beberapa nomor memperlihatkan masih memiliki ragam
dalam galur yang nyata untuk karakter tersebut, yang menunjukkan bahwa seleksi
dalam galur untuk meningkatkan kehomogenan masih perlu dilakukan. Galur-galur
yang telah homogen jumlah polong total per tanamannya perlu ditindaklanjuti dengan
perbanyakan benih untuk pengujian daya hasil lanjutan

kacang tanah potensikami.blogspot.com.jpeg

 

v  Pengendalian efektif (hayati)

Hingga saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5 kg/ha/aplikasi. Selain itu, Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan Baycor 300 EC pun dapat digunakan. Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan menahan varietas tahan, tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan membakar sisa tanaman sakit.

 

 

 

Kesimpulan

Bahwa Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun
Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar
kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen
panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan
berdasarkan gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak
langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total
sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji.
Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif
diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis
diterapkan di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki
nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang
menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik

Semoga saja dari makalah ini kitabisa mulai belajar untuk mengembangkan pengetahuan dari segala macam jenis penyakit yang menyerang dari tanaman kacang tanah maupun tanaman lain yg dapat merugikan para petani kita

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA
Bari, A., Sjarkani Musa., Endang Sjamsudin. 2006.
Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal
BPS. 2004. Statistik Indonesia 2004. Jakarta. 646 hal.
Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Prosedur
Statistika untuk Penelitian Pertanian. Edisi II. E.
Sjamsudin dan J.S. Baharsjah ( penerjemah ).
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.698 hal.
Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 754 hal.
Yudiwanti., Basuki Wirawan., dan Desta Wirnas. 2006.
Korelasi antara kandungan klorofil, ketahanan
terhadap penyakit bercak daun dan daya hasil pada
kacang tanah. Prosiding Seminar Nasional
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman, 1-2 Agustus
2006. Hal 329-334

 

1 komentar: